Minggu, 08 Maret 2015

Pengembangan Kreativitas dan Keberbakat

I. Pendahuluan

Pertanyaan :

1.definisi konsepsional atau pengertian kreativitas 4P (produk, proses, pendorong, dan pribadi)
2.definisi konsepsional kreativitas, menjelaskan definisi operasional kreativitas
3.definisi kreativitas menurut clark, menjelaskan definisi kreativitas menurut clark

Kreativitas merupakan kelompok kedua yang dimiliki seseorang berbakat dalam kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk dilihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat di tingkatkan melalui pendidikan. Mengingat bahwa kreatifitas merupakan bakat yang secara potensial di miliki setiap orang, yang diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat sehubungan antara kreativitas dan intelegensi sangatlah meningkat, khususnya sejauh mana intelegensi berpengaruh terhadap kretivitas seseorang yang dilihat berdasarkan model struktur intelek yang membedakan antara berfikir konvergen dan divergen.

Kemamapuan berfikir konvergen mendasari tes interigensi tradisonal dan kemampuan berfikir divergen merupakan indikator dari kreativitas sehubung dengan masalah dimensionalitas intelegensi-kreativitas dalam penelitian utami muhandar (1977). Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Keberbakatan merupakan perpautan antara kemampuan umum atau inteligensi, kreativitas (baik kemampuan berfikir kreatif maupun sikap kreatif) dan pengikatan diri terhadap tugas (task-commitment) atau motivasi internal, yang juga merupakan non-aptitude (afektif).

Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian tentang kreativitas sebagai sifat yang di warisi oleh sesorang yang berbakat luar biasa atau genius. Kreativitas diasumsikan sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki, dan tidak banyak yang dapat dilakukan melalui pendidikan untuk memengaruhinya. Kemampuan berfikir divergen dan kreatif, yaitu menjajaki berbagai kemungkinan jawaban atas suatu masalah, jarang di ukur. Dengan demikian, pengembangan kemampuan mental-intelektual secara utuh diabaikan.
Sebab utama lain dari kurangnya dunia pendidikan dan psikologi terhadap kreativitas terletak pada kesulitan merumuskan konsep kreativitas itu sendiri, harus di akui bahwa memang sukar untuk menetukan satu definisi yang operasional dari kreativitas, kaerna kreativitas merupakan konsep yang majemuk dan multi-dimensional, lepas dari kesulitan dalam terminologi (daya cipta, daya kreasi, atau kreativitas). Baik faktor lingkungan maupun faktor motivasi dan temperamen mempunyai peran penting dalem produktivitas kreatif.

Dalam masa sekarang dengan kemajuan dan perubahan yang begitu cepat dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, pendidik tak mungkin dapat meramalkan dengan tepat macam pengetahuan apa yang akan dibutuhkan seseorang lewat sepuluh tahun atau lebih untuk dapat menghadapi masalah-masalah kehidupan. Kemampuan dan kepribadian sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh lingkungan seperti keluarga dan tempat kita menuntut ilmu. Kedua lingkungan pendidikan ini dapat berperan penting sebagai pendorong (press) dalam mengembangkan kreativitas seseorang.

Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda. Yang terutama penting bagi dunia pendidikan ialah bahwa bakat tersebut dapat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Sehubung dengan pengembangan kreativitas, kita perlu meninjau empat aspek dari kreativitas, yaitu pribadi, pendorong, proses dan produk (4P dari kreativitas).

1.Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Kreatifitas dimulai dengan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. Ia memiliki sistem nilai dan sistem apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama yang dianut oleh masyarakat ramai. Seperti yang diungkapkan (Selo Soemardjan 1983), Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu (dan bukan merupakan sifat social yang dihayati oleh masyarakat) yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru. Dimensi kepribadian/ motivasi memiliki ciri-ciri yang meliputi fleksibelitas, toleransi terhadap kekhawatiran, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan dan mengambil resiko moderat.

2.Pendorong
Bakat kreatif seseorang akan terwujud jika adanya dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun ada dorongan yang kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif akan berkembang dalam lingkungan yang mendukung tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang tidak menunjang. Didalam lingkungan keluarga, di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan maupun di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu. Timbul dan tumbuhnya kreativitas dan selanjutnya berkembangnya suatu kresi yang diciptakan oleh seseorang individu tidak dapat luput dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja (Selo Soemardjan 1983).

3.Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, setiap orang perlu mendapatkan kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Kebebasan berkreatif itu sangat penting, karena kreativitas merupakan alat untuk mengekspresikan diri dengan lingkungan dan itu termasuk dalam persyaratan untuk mengembangkan kreativitas. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah menyibukan diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu menuntut dihasilkannya produk-produk kreatif yang bermakna. Hal itu akan datang dengan sendirinya dengan situasi yang menunjang, menerima dan menghargai. Seperti yang diungkapkan (Rogers, 1982), Proses kreatif sebagai “ munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu di satu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya dilain pihak”. Adapun langkah-langkah proses kreatif menurut Wallas (1926) yang sampai sekarang masih diterapkan dalam pengembangan kreativitas yang meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.

4.Produk
Kondisi pribadi dan kondisi lingkungan menjadi peran penting dalam menentukan sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Dengan memiliki bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif serta dengan adanya dorongan (internal maupun eksternal) untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif yang bermakna dengan sendirinya akan timbul. Tunjukan dan hargai kreativitas seseorang, maka akan membantu untuk menggugah minat lebih banyak lagi orang untuk berkreasi. Produk baru dapat disebut karya kreatif jika mendapatkan pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu (Stein, 1963). Namun menurut ahli lain pertama-tama bukan suatu karya kreatif bermakna bagi umum, tetapi terutama bagi si pencipta sendiri. Rogers (dalam Vernon, 1982) mengemukakan kriteria untuk kreatif ialah :
a.Produk itu harus nyata (observable).
b.Produk itu harus baru.
c.Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya

Kretivitas merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia yaitu: berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function of thingking, feelings, sensing and intuiting)” (Jung 1961, Clark 1986). Memberikan perhatian khusus kepada seseorang yang memiliki bakat dibenarkan, karena memberikan manfaat dan kepentingannya untuk seluruh masyarakat. Namun ada beberapa kendala mengenai “bakat intelektual” bahkan justru dianggap sebagai suatu ancaman, dan dituduh akan mengembangkan kelompok elite jika kita memberikan pelayanan pendidikan khusus sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka? Kenyataan menunjukan bahwa pengadaan program yang memadai bagi yang berbakat tidak menghasilkan sikap keangkuhan yang dikhawatirkan, tetapi justru menghasilkan hubungan sosial dan sikap yang lebih baik dari yang berbakat terhadap orang lain (Clark, 1983).


Menurut Clark mereka yang berbakat, jika diberikan kesempatan dan pelayanan pendidikan yang sesuai akan dapat memberi sumbangan yang bermakna kepada masyarakat dalam semua bidang usaha manusia. Masyarakat membutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menghadapi tuntutan masa depan secara inovatif. Jadi tidak dibenarkan bahwa seseorang yang memiliki bakat akan dapat mencapai prestasi tinggi dengan sendirinya dan tidak memerlukan perhatian serta pelayanan pendidikam khusus (Utami Muhandar, 1983).
Kebutuhan sosial akan kreativitas dirasakan dimana-mana, dan tampak dalam sistem pendidikan, penggunaan waktu luang, pengembangan ilmu pengetahuan, pemimpin perusahan dan dalam kehidupan berkeluarga. Makna dari pengembangan kreativitas berkaitan dengan kualitas perwujudan diri, peningkatan kemampuan berpikir kreatif, kepuasan dalam menciptakan dan meningkatkan kualitas hidup. Teori psikoanalisis menekan peranan alam pikiran tidak sadar dalam timbulnya kreativitas, sedangkan teori humanistik lebih merlihat kreativitas sebagai sesuatu yang
dilakukan secara sadar dan intensional.



II. Teori- teori mengenai kreativitas

1. Menjelaskan teori- teori yang melandaskan pengembangan kreativitas menurut:

A. Teori Psikoanalisis
            Pribadi yang kretif dipandang sebagai seorang yang pernah mengalami traumatis, yang dapat memunculkan gagasangagasan yang disadari dan tidak disadari, serta bercampur menjadi satu antara pemecahan inovatif dan trauma.

Teori ini terdiri dari:

-Teori Freud
            Freud menjelaskan proses kretif dari mekanisme pertahanan (defence mechanism). Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama kreativitas karena kebutuhan seksual tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan merupakan awal imajinasi.
          Macam mekanisme pertahanan:
-Represi  Regresi
-Konpensasi  Proyeksi
-Sublimasi  Pembentukan reaksi
-Rasionalisasi  Pemindahan
-Identifikasi  Kompartementalisasi
-Introjeksi

-Teori Ernst Kris
            Ernst Kris (dalam Basuki, 2010) menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi muncul seiring memunculkan tindakan kreatif. Orang yang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu memanggil pikiran tidak sadar. Seorang yang kreatif tidak mengalami hambatan dalam pemikirannya. Mereka dapat menghadapi masalamasalah serius yang dihadapi dalam kehidupannya dengan cara yang segar dan inovatif, melakukan regresi demi bertahannya ego (Regression in The Survive of The Ego).

-Teori Carl Jung
            Carl Jung (dalam Basuki, 2010) percaya bahwa alam ketidaksadaran (ketidaksadaran kolektif) memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbil penemuan, teori, seni dan karyakarya baru lainnya.



B. Teori Humanistik
            Teori Humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis pada tingkat tinggi.
        Teori Humanistik meliputi:
-Teori Maslow
            Abraham Maslow (dalam Basuki, 2010) berpendapat bahwa manusia mempunyai nalurinaluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan yaitu kebutuhan fisik atau biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta, kebutuhan akan penghagaan dan harga diri, kebutuhan aktualisasi atau perwujudan diri, Kebutuhan estetik. Kebutuhankebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi diri dan estetik atau transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses perwujudan diri berkait erat dengan kreativitas. Bila bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki.

-Teori Rogers
            Carl Rogers (dalam Basuki, 2010) tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif yakni keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation), kemampuan untuk bereksperimen. Ketiga ciri atau kondisi tersebut merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk berkreasi.

C. Teori Cziksentmihalyi
            Ciri tumbuhnya kreativitas pada individu yakni Predisposisi genetis (genetic predisposition), mempunyai minat pada usia dini pada ranah tertentu sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas; mempunyai akses terhadap suatu bidang dengan Adanya sarana dan prasarana serta adanya Pembina atau mentor dalam bidang yang diminati sangat membantu pengembangan bakat; Access to a field (Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat, tokohtokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakarpakar dalam bidang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari orangorang penting).










Daftar Pustaka

Rogers, C. 1982. “Towards a Theory of Creativity.” Dalam P.E Vernon (Ed.), Creativity. Middlesex: Penguin Books.
Utami Muhandar, S.C. 1977. Creativity and Education. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Utami Muhandar, S.C. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Afifa, Nindah Nur. (2007). Peran seni dalam mengembangkan kreatifitas siswa. http://media.diknas.go.id/media/document/5465.pdf.
Basuki, Heru. (2010). Teori-Teori Mengenai Kreativitas. http://v-class.gunadarma. ac.id/ mod/resource/view.php?id=15524.
Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan keberbakatan strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat.http://www.maindexchange.com/index2.php?option=com_ docman& task=doc_view&gid=99&Itemid=28.
www.labschool-unj.sch.id/smpjkt/materi_download.php?id=7.