Senin, 14 Maret 2016

Konsep Normal-Abnormal Dalam Masyarakat


Erna usman
13514634
2PA07
Kesehatan mental #

Pendahuluan

            Sebenarnya sedikit sulit merumuskan secara tepat apa yang dimaksud dengan normal dan abnormal tentang perilaku. penyebabnya antara lain: pertama, sulit menemukan model manusia yang ideal atau sempurna, kedua, dalam banyak kasus, tak ada batas yang tegas antara perilaku normal dan abnormal. dalam arti, orang yang secara umum dipandang normal- sehat pun suatu saat dapat melakukan perbuatan yang tergolong abnormal, mungkin di luar kesadarannya. sebaliknya, tidak jarang orang yang secara umum jelas - jelas abnormal melakukan perbuatan atau mengucapkan kata- kata yang sungguh- sungguh normal- waras. diperlukan sejumlah patokan atau ukuran untuk membedakan antara normal dan abnormal.
Menurut Werner ada beberapa acuan yang digunakan untuk menentukan sesuatu sebagai normal atau abnormal, yaitu:
1.      Normal = rata-rata kebanyakan orang
Batasan ini merupakan konsep statistik, dimana suatu tingkah laku dinyatakan normal bila tingkah laku tersebut sama dengan tingkah laku kebanyakan orang dalam kelompoknya.
2.      Normal = sesuatu yang ideal
Normal dalam definisi ini berarti sesuai dengan keadaan yang didambakan. Akan tetapi, normal dalam acuan ini jarang tercapai karena sebenarnya setiap orang pasti mengalami “gangguan”, tidak ada yang sempurna.
3.      Normal = mampu menyesuaikan diri, mampu menyelesaikan permasalahan secara efektif, dapat menghargai hubungan antar manusia, bekerja secara produktif untuk mengisi hidupnya.

Teori

Kartini Kartono (2000: 25), psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa.

Singgih Dirgagunarsa (1999: 140) mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan.

 Berkenaan dengan definisi psikologi abnormal, pada Ensiklopedia Bebas Wikipedia (2009), dinyatakan “Abnormal psychology is an academic and applied subfield of psychology involving the scientific study of abnormal experience and behavior (as in neuroses, psychoses and mental retardation) or with certain incompletely understood states (as dreams and hypnosis) in order to understand and change abnormal patterns of functioning”.

Kategori Tingkah Laku Abnormal (Maher & Maher, 1985)

1.                Tingkah laku berbahaya terhadap diri dan orang lain
2.                Kontak realitas yang buruk
3.                Reaksi emosional yang tidak sesuai dengan situasi
4.                Tingkah laku tidak menentu (aneh) atau beralih tanpa dapat diramalkan

Dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian psikologi abnormal sebagai berikut.

1. Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang dari psikologi atau psikologi khusus.
2. Yang dibahas dalam psikologi abnormal adalah segala bentuk gangguan atau kelainan jiwa baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenai faKtor penyebab, manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).


 Normal menurut Stern (1964)
Stern mengusulkan untuk memperhatikan 4 aspek untuk menilai normal atau tidaknya seseorang, yaitu:

1. Kemampuan integrasi


  • Yaitu fungsi ego dalam mempersatukan, mengkoordinasi kegiatan ego ke dalam maupun keluar diri.
  • Makin terkoordinasi dan terintegrasi suatu perilaku atau pemikiran, makin baik

2. Ada tidaknya simptom gangguan

  • Kesulitannya adalah bahwa pada kasus2 tertentu, misalnya gangguan kepribadian, seringkali simptomnya tidak jelas dan subyek tidak punya keluhan

3. Kriteria psikoanalisis

  • Yaitu tingkat kesadaran dan jalannya perkembangan psikoseksual

4. Determinan sosiokultural

  • Lingkungan seringkali memegang peranan besar dalam penilaian suatu gejala sebagai normal atau tidak.


Normal menurut Ulmann & Krasner (1980)
Tidak dapat dilihat secara dikotomis sebagai normal atau abnormal, tetapi harus dilihat sebagai hasil dari keadaan masa lalu dan masa kini, statistik, dan legal (hukum) tentang abnormalitas.

  • Menghubungkan tingkah laku manusia dengan kompetensi, tangguang jawab atas perbuatan kriminal serta komitmen
  • Commitment : mengacu pada penentuan kapan seseorang harus diamankan ke dalam rumah sakit jiwa atau ke tempat perawatan khusus.

 Normal menurut Gladstone (1978)
William Gladstone dalam bukunya “Test Your Own Mental Health” menguraikan pegangan2 praktis untuk menilai kesehatan mental sendiri.

7 aspek yang merupakan tingkah laku penyesuaian diri (adaptability) yaitu:

1.                    Ketegangan 
2.                    Suasana hati 
3.                    Pemikiran 
4.                    Kegiatan (aktivitas) 
5.                    Organisasi diri 
6.                    Hubungan antar manusia 
7.                    Keadaan fisik. 

Masing2 aspek memiliki kriteria tingkah laku yang dijadikan pegangan penilaian ‘normal’ nya penyesuaian

Gladstone membaginya kedalam 5 tingkatan:

1.     Penyesuaian diri yang normal
2.     Penyesuaian ‘darurat’
3.     Penyesuaian neurotik (neurotic coping style)
4.     Kepribadian atau karakter neurotik
5.     Gangguan berat

Analisis

Contoh kasus :
Seorang mahasiswa (M) mengeluh tentang nilainya yang tidak memuaskan, padahal ia sudah belajar secara intensif. Teman-temannya yang tidak belajar dan menyontek justru mendapat nilai lumayan. M seringkali bertanya dalam dirinya apakah ia lebih baik menyontek saja karena menurut M menyontek adalah hal yang sudah umum.

Pembahasan :

Berdasarkan kasus diatas jika dianalisis menurut ciri-ciri perilaku abnormal dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.      Disfungsi Psikologis
-      Disfungsi Kognitif: --- tidak terlihat mengalami gangguan ---
-      Disfungsi Afektif: M terlihat mengeluh terhadap nilainya yang tidak memuaskan.
-      Disfungsi Psikomotorik: --- tidak terlihat mengalami gangguan ---

2.      Distres
-      Secara Fisik: --- tidak terihat merusak fisik sendiri ---
-      Secara Psikologis: --- tidak terlihat merusak psikolgis sendiri ---

3.      Respon Atipikal
Munculnya pandangan dalam diri M bahwa lebih baik dia mencontek saja agar bisa mendapatkan nilai yang lebih baik dan lingkungan disekitarnya pun menganggap mencontek sudah merupakan hal yang umum.

Berdasarkan contoh kasus diatas dapat saya simpulkan bahwa M termasuk kedalam perilaku yang masih normal, karena hanya sedikit ciri yang mengarah kepada perilaku abnormal, hanya pada disfungsi afektif berupa perasaan mengeluh terhadap nilai yang didapatnya dan pandangan bahwa dia ingin mencontek saja karena sudah menjadi budaya umum dilingkungannya.

Daftar Pustaka
http://sir.stikom.edu/378/4/BAB%20I.pdf
https://books.google.co.id/books?id=_Ucx_BDn_f4C&pg=PA9&lpg=PA9&dq=pendahuluan+tentang+normal+dan+abnormal&source=bl&ots=P2GVKPWyfa&sig=YT0hXgZtwt217FqU7keyqNnpuDU&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjR8cOE8L_LAhVG4qYKHXbDDkgQ6AEIGTAA#v=onepage&q=pendahuluan%20tentang%20normal%20dan%20abnormal&f=false
Slamet, Suprapti. Markam, Sumarmo.2008.Psikologi Klinis.Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar